“Tahu” atau “mengetahui” adalah sebuah keadaan pada diri manusia yang bertolak belakang dengan “ketidak-tahuan” atau “kebodohan”.
Seperti pengetahuan kita terhadap seseorang bernama Ali, kawan kita misalnya, kita memiliki gambaran di benak kita tentang bagaimana wajahnya, tinggi tubuhnya, suaranya seperti apa, potongan rambutnya dan seterusnya. Dalam kasus ini kita memiliki pengetahuan tentang Ali. Berbeda dengan kawan kita, yang misalnya belum pernah bertemu dengan Ali sebelumnya, ia tidak tahu atau tidak memiliki pengetahuan.
Oleh karena itu para pakar mendefinisikan ilmu atau pengetahuan dengan gambaran akan sesuatu yang ada dalam benak dan pikiran kita.
Tashowwur dan Tashdiq
Para ahli ilmu Mantiq membagi pengetahuan menjadi dua macam: Tashowwur dan Tashdiq.
Tashowwur adalah pengetahuan kita terhadap satu hal tanpa ada justifikasi apapun di dalamnya. Sedangkan Tashdiq adalah pengetahuan kita terhadap satu hal yang diiringi dengan justifikasi. Thasowwur dan Tashdiq akan dijelaskan pada tulisan-tulisan yang akan datang.
Pembahasan ilmu Mantiq itu sendiri pada umumnya terbagi menjadi dua bagian: Tashowwurot (bentuk jamak Tashowwur) dan Tashdiqot (bentuk jamak Tashdiq).
Dhoruri/Badihi dan Nadhori/Iktisabi
Adapun setiap dari Tashowwur dan Tashdiq, keduanya memiliki dua macam: Dhoruri/Badihi dan Nadhori/Iktisabi.
Dhoruri atau Badihi itu artinya pengetahuan yang didapat dengan mudah, tanpa proses yang relatif panjang. Sedangkan Nadhori atau Iktisabi itu pengetahuan yang didapat melalui proses pemikiran dan argumentasi yang relatif pajang.
Mantiq Aristoteles mengklaim bahwa dengan memperhatikan kaidah-kaidah yang diberikan ilmu ini, dengan cara menggabungkan pengetahuan-pengetahuan yang Badihi kita bisa mendapatkan pengetahuan Iktisabi. Sering juga pengetahuan iktisabi yang didapat bisa menghasilkan pengetahuan iktisabi lainnya yang belum diketahui.
Klik di sini untuk kembali ke halaman utama.